HARGA POKOK PROSES PENGANTAR 2
METODE HARGA POKOK PROSES-pengantar
METODE HARGA POKOK PROSES-pengantar2
Silahkan unduh..
PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK.
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan :
Penggolongan biaya overhead menurut sifatnya.
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik di kelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini:
Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relative kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan.
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungakan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.
Biaya Yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian Terhadap Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang termasuk dlam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
Biaya yang timbul sebagi akibat berlalunya waktu Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biay asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan sebagainya.
Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya dalam Hubungan Dengan Perubahan Volume Produksi
Ditinjau dari perilaku unsure-unsur biaya overhead pabrik dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan:
►> Biaya overhead pabrik tetap adalah Biaya overhead yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu
►> Biaya overhead pabrik variable adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
►> Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang berisfat semivariabel dipecah menjadi dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya variable.
Penggolongan Biaya overhead Pabrik Menurut Hubungannya Dengan Departemen.
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
►> Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh: gaji mandor departetemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
►> Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh: biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.
PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan di muka. Berikut ini diuraikan alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan di muka dan langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik.
Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per satuan mungkin akan berfluktuasi karena sebab berikut ini :
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan.
Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut :
1 Menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasara pembuatan anggaran biaya overhead pabrik yaitu:
►> Kapasitas Teorotis Kapasitas teoritis adalah kapsitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
►> Kapasitas normal. Kapasitas normal adalah kemampuan peerusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
►> Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Memilih Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk. Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada produk.
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah : (a) satuan produk, (b) biaya bahan baku, (c) biaya tenaga kerja langsung, (d) jam tenaga kerja langsung, (e) jam mesin.
Factor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah :
PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF
Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan di muka kemudian digunakan unttuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variable dan tariff biaya overhead tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variable costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variable saja.
PENGUMPULAN BIAYA OVERHEAD PABRIK SESUNGGUHNYA
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan denngan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan.
PERLAKUAN TERHADAP SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK
Setiap akhir bulan, biaya overhead pabrikyang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan dari rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya ke rekening selisih biaya overhead pabrik. Rekening selisih biaya overhead pabrik dicantumkan dalam neraca sebagai beban yang ditangguhkan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa seslisih biaya overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu akan diimbangi dengan selisih biaya overhead pabrik pada bulan berikut
Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kafasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Metode perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik ini sering kali digunakan tanpa memperhatikan penyebab terjadinya selisih itu sendiri dengan alas an sebagai berikut :
DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK
PENGERTIAN.
Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik adalah Pembagian pabrik ke dalam bagian – bagian yang disebut departemen biaya ( cost center ) yang dibebe dengan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke departemen – departemen untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen – depepartemen inilah yang meruapakan pusat – pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik manfaatnya untuk Pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemenproduksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. Departemen biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan hatga pokok. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalm departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhed pabrik sesuai dengan ratif departemen yang bersangkutan.
LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PER DEPARTEMEN
Langkah – langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen
2. Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi. Ada dua macam metode alokasi biaya overhead departemen pembantu.
a. Metode alokasi langsung
b. Metode alokasi bertahap, yang terdiri dari
(1) Metode alokasi kontinu
(2) Metode aljabar
(3) Metode urutan pemantu yang diatur
3. Perhitungan tarif pembebani biaya overhead per departemen
Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen
Dalam menyusun anggaran di bagi menjadi dua,yaitu :
Biaya biaya overhead pabarik langsung departemen adalah jenis biaya overhead pabrik yang terjadi atau dapat langsung dibebankan kepada departemen tertentu.
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah jenis biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmatinya oleh lebih dari satu departemen.
Dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen, langkah pertama yang dilaksanakan adalah dengan menaksir berapa biaya overhead langsung departemen pada tingkat kapasitas yang direncanakan.
b. Penaksiran Biaya Overhead Tidak Langsung Depatemen.
Biaya tidak langsung departemen Dasar distribusi
Biaya depresiasi gedung Meter persegi luas lantai Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung Meter persegi luas lantai Gaji pengawas gedug Jumlah karyawan
Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku Pajak bumi dan bangunan (PBB) Perbandingan harga pokok aktiva tetap dalam tiap departemen atau perbandingan meter persegi luas lantai
c. Distribusi Biaya Overhead Tidak Langsung Departemen ke Departemen – Departemen yang Menikmati Manfaatnya
Penentuan harga tarif, biaya – biaya overhead pabrik tidak langsung departemen harus distribusikan kepada departemen – departemen yang menempati manfaatnya atas salah satu dasar distribusi tersebut.
d. Menjumlah Biaya Overhead Pabrik Per Departemen
Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik pabrik hanya hanya dihitung untuk departemen – departemen produksi. Dalam perubahan volume kegietan, ke dalam biaya overhead tetap dan biaya ovderhead variabel.
ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPARTEMEN PEMBANTU KE DEPARTEMEN PRODUKSI
Biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk, melainkan meliputi pula biaya overhead yang terjadi departemen pembantu, maka penentuan tarif biaya overhead pabrik ke departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen prodoksi dapat dilakukan dengan salah satu metode :
METODE ALOKASI BERTAHAP YANG MEMPERHITUNGKAN JASA TIMBAL BALIK ANTAR DEPARTEMEN PEMBANTU
Biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi secara langsung, tanpa memperhitungkan jasa yang antar departemen pembantu. Jika diantara departemen – departemen pembantu terdapat transfer jasa secara timbal balik, dan di dalam pembantu tarif biaya overhead transfer ini akan diperhitungkan, maka perlu dilakukan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu, sebelum biaya overhed departemen pembantu akhirnya dialokasikan seluruhnya ke departemen produksi.
Tarif distribusi adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead tidak langsung departemen kepada departemen – departemen yang menikmati manfaatnya, baik departemen pembantu maupun produksi. Tarif Alokasi adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead departemen pembantu kepada departemen produksi, baik secara langsung maupun bertahap.
Tarif Pembebenan adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead pabrik kepada produk.
METODE ALOKASI BERTAHAP YANG TIDAK MEMPERHITUNGKAN TRANSFER JASA TIMBAL BALIK ANTARDEPARTEMEN PEMBANTU
Karakteristik metode urutan alokasi yang diatur adalah sebagai berikut :
ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PER DEPARTEMEN
Jika tarif biaya overhead telah ditentukan pada awal tahun, maka selama tahun anggaran, pesanan atau produk yang diolah dalam departemen produksi yang diolah dalam departemen produksi, dibebani dengan biaya overhead atas dasar tariff tersebut.
Biaya overhead yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan dan dicatat selama tahun anggaran tersebut, agar supaya pada akhir tahun dapat dilakukan pembandingan antara biaya overhead yang dibebankan berdasarkan angka taksiran dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi.
Langkah-langkah yang harus ditempuh selama tahun anggaran tersebut adalah sebagai berikut :
AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK
Akuntansi biaya overhead pabrik terdiri dari pencatatan :
Apabila produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, untuk menampung biaya produksi, di dalam buku besar dibentuk rekening barang dalam proses untuk tiap departemen produksi. Biaya overhead yang dibebankan kepada produk ditampung dalam rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan. Rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan perlu dibentuk untuk tiap departemen produksi.
Jurnal pembebenan biaya overhead pabrik kepada produk adalah :
Jurnal
Barang dalam proses biaya overhead pabrik Dep A Rp 4.011.000
Barang dalam proses biaya overhead pabrik Dep B Rp. 3.314.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Dep A Rp 4.011.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Dep B Rp. 3.314.000
Pencatatan biaya overhead pabrik yang dilakukan dengan mendebit rekening biaya overhead pabrik. Dari data yang dikumpulkan dalam buku pembantu, secara periodik (setiap bulan) dibuat daftar biaya overhead tiap – tiap departemen.
Akuntansi biaya overhead pabrik yang sesunggunya terjadi diuraikan berikut ini.
Atas dasar berbagai macam bukti pembukuan, dicatat terjadinya biaya overhead pabrik sesungguhnya berikut :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 7.589.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 1.430.000
Persediaan Bahan Bakar Rp. 1.120.000
Gaji dan Upah Rp. 2.645.000
Persediaan Suku Cadang Rp. 1.394.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp. 400.000
Persekot Asuransi Gedung Rp. 600.000
Jurnal :
Biaya overhead pabrik yang dibebankan departemen A Rp 4.011.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan departemen B Rp. 3.314.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya departemen A Rp 4.011.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya departemen B Rp. 3.314.000
4. Penghitungan pembebanan lebih atau kuarang biaya overhead pabrik
Untuk menghitung biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan kepada produk, pada akhir periode akuntansi dihitung saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya per departemen. Jurnal pembebanan kurang atau lebih biaya overhead per departemen.
Penentuan Pembebanan Lebi atau Kurang Biaya Overhead Pabrik
Untuk menghitung pembebanan lebih atau kurang biaya overhead pabrik, pada akhir periode akuntansi dihitung saldo rekening biaya oveerhead pabrik per departemen. Jurnal pencatatan pembebanan lebih atau kurang biya overhead pabrik adalah :
Jurnal :
Pembebanan Lebih atau Kurang biaya Overhead pabrik Dep A Rp 38.150
Pembebanan Lebih atau Kurang biaya Overhead pabrik Dep B Rp. 225.850
Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 38.150
Biaya Overhead Pabrik Departemen B Rp. 225.850
PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM METODE VARIABLE COSTING
Dalam metode variable costing, produk hanya dibebani dengan biaya produksi variable saja, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Tarif biaya pabrik variabel per departemen dihitung dengan langkah :
1. Biaya overhead pabrik langsung departemen dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Biaya overhead pabrik variabel departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan kuantitas jasa yang dikonsumsi oleh departemen pembantu lain dan departemen pembantu.
3. Biaya overhead pabrik variabel departemen produksi setelah ditambah dengan biaya overhead pabrik variabel yang diterima dari alokasi biaya departemen pembantu dibagi dengan dasar pembebanan untuk mendapatkan tarif biaya overhead pabrik.
AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK dalam METODE VARIABLE COSTING
Akuntansi biaya overhead pabrik dalam metode variable costing berbeda dengan akuntansi biaya yang sama dengan metode full costing. Perbedaan tersebut terletak pada :
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah biaya overhead pabrik variable. Dari rekening yang terakhir inilah selisih antara biaya overhead pabrik variable yang dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik variable yang sesungguhnya terjadi. Jumlah selisih yang dihitung pada akhir periode akuntansi ini dipindahkan dari rekening biaya overhead pabrik variable sesungguhnya ke rekening Rugi-Laba.
Dalam BAB ini akan dijelaskan tentang akuntansi biaya bahan baku. Seperti halnya dengan akuntansi biaya overhead pabrik, pembahasan ini juga didasarkan pada model akuntansi dalam perubahan yang produksinya berdasarkan pesanan. Disini juga akan membahas lebih dalam tentang unsure biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli dan berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, dan akan diakhiri dengan uraian yang bersangkutan dengan bahan baku.
UNSUR BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIBELI
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah oleh perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, import, atau dari pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku tersebut, banyak biaya yang juga dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu biaya pergudangan, biaya perolehan lain dan biaya pembelian. Unsure biaya yang banyak dikeluarkan dapat diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli.
Sebelum unsure biaya yang membentuk harga pokok bahan baku dibeli dibahas, sebelumnya akan dibahas tentang system pembelian local bahan baku. Pembahasan ini berguna untuk mendapatkan gambaran tentang unsure biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli.
SISTEM PEMBELIAN
Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku. jika persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point), Bagian Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirimkan ke Bagian Pembelian.
Prosedur Order Pembelian. Bagian Pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian Gudang. Untuk pemilihan pemasok, Bagian Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para pemasok, yang berisi peermintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.
Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, menccocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Jika barang yang diterima sudah cocok dengan surat order pembelian tersebut, Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.
Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang. Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima tersebut dalam kartu gudang (stock card).
Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku. Bagian Pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Lalu memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian, faktur pembelian yang sudah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Faktur pembelian, yang dilampiri dengan tembusan surat order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi dalam jurnal pembelian (sebagai rekening pembantu persediaan bahan baku). Faktur pembelian dan dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu utang (sebagai rekening pembantu utang) untuk mencatat timbulnya utang kepada pemasok yang bersangkutan.
Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap diolah. Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya akuntansi bahan baku, merupakan unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Pada umumnya harga pokok bahan baku dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh.
Seringkali di dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
1. biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli
2. biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli. Apabila biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada :
Pembagian biaya angkutan atas dasar perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli hanya dapat dilakukan jika bahan baku tersebut mempunyai satuan ukuran yang sama atau satuan ukurannya dapat disamakan.
Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, tetapi diperlakukan sebagai unsure biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai unsure biaya overhead pabrik dalam penentuan tariff biaya overhead pebrik. Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan lalu dicatat dalam sebelah debet rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya Unit Organisasi Yang Terkait Dalam Perolehan Bahan Baku
Dalam pembelian bahan baku, unit orgsnisasi yang terkait dalam pembelian baha baku adalah bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang dan bagian akuntansi persediaan. Dengan demikian akan timbul kesulitan dalam memperhitungkan biaya pembelian sesungguhnya yang harus dibebankan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat tarif pembebanan biaya pembelian kepada setiap jenis bahan baku yang dibeli. Jika biaya pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif, maka perhitungan tarif biaya pembelian dilakukan sebagai berikut:
1. jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku tersebut diperkirakan selama satu tahun anggaran.
2. ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dan ditaksir berapa jumlahnya dalam satu tahun anggaran.
3. ditentukan tarif pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dengan cara membagi biaya tiap bagian dengan dasar pembebanan.
Unsur Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Diimpor
Apabila bahan baku diimpor, unsure harga pokoknya akan berbeda dengan bahan baku yang dibeli dari dalam negeri. Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang disetujui bersama akan mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi tanggungan pembeli.
PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM PRODUKSI
Dalam persediaan bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama hal ini dapat menimbulkan masalah dalam praktik akuntansi, untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode yang diantaranya:
a. metode identifikasi khusus
b. metode masuk pertama keluar pertama
c. metode masuk terakhir keluar pertama
d. metode rata-rata bergerak
e. metode biaya standar
f. metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
M etode Pencatatan Biaya Bahan Baku
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi: metode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik. Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method). Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang berbeda harga satuannya harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Kelebihannya adalah tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas harga pokoknya sehingga untuk setiap pemakainnya dapat diketahui harga pokoknya secara tepat. Kekurangannya adalah walapun jenis bahan bakunya sama namun berbeda harga pokok per satuannya, maka harus disimpan secara terpisah di gudang.
Metode masuk Pertama, keluar Pertama (first-in, fisrt-out). Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditegaskan juga bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, First-out Method). Metode ini menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalihkan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata persatuan bahan baku yang ada di gudang. Metode ini disebut juga dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai anak penimbangnya.
Metode Biaya Standar. Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut.
Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan. Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata persatuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Lalu, digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi bulan berikutnya.
MASALAH-MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN BAKU
Masalah-masalah yang terjadi dalam proses produksi dalam perusahaan sering terjadi yang diantaranya adalah terjadi sisa bahan, produk cacat dan produk rusak. Yang mana penjelasan masalah-masalah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)
Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan. Jika di dalam proses produksi terdapat sisa bahan, maka hasil penjualan sisa bahan tersebut, dapat diperlakukan sebagai berikut:
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut
2. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
3. Penghasilan di luar usaha (other income)
Hasil penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurangan Biaya Bahan Baku yang Dipakai dalam Pesanan yang Menghasilkan Sisa Bahan Tersebut. Jika sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan tertentu, maka hasil penjualan sisa bahan bahan dapat diidentifikasikan dengan pesanan tersebut. Ini juga dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan sebagai pengurangan biaya bahan baku pesanan tersebut.
Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurangan Terhadap Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya terjadi. Jika sisa bahan tidak dapat diidentifikasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang biasa terjadidalam proses pengerjaan produk, maka hasil penjualannya dapat diperlakukan sebagai pengurangan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Penghasilan di Luar Usaha (other Income). Dalam dua perlakuan terhadap sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil sisa penjualan bahan dapat pula diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha dan tidak sebagai pengurang biaya produksi. Hasil penjualan disajikan dalam laporan laba rugi dalam kelompok penghasilan di Luar usaha (other Income).
Pencatatan Sisa Bahan
Cara pencatatan sisa bahan dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut ini :
PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya:
PRODUK CACAT
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak (spoiled goods).
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa dalam proses produksi, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa dalam proses pengerjaan produksi, maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut ke dalam tarif biaya overhead pabrik.